TAJAMMUK DAN SARASEHAN PENDIDIKAN COUNTRY 92 DI PM DARUL FALAH SUBANG

  • Reading Time: 6 mins
  • - view: 76

Nuansa Tajammuk Country 92 kali ini benar-benar berbeda daripada sebelumnya. Tak hanya sekedar temu kangen melepas rindu dengan ngopi bersama. Namun Tajammuk tersebut adalah dalam rangka wujudkan agenda besar sarasehan pendidikan antar keluarga besar Country 92 yang terjun di dunia pesantren dan lembaga pendidikan.

Bertempat di Pondok Modern Darul Falah Cimenteng Subang, Sarasehan Pendidikan ini dimaksudkan agar tercipta dan terbinanya hubungan kerja sama yang baik antar para pegiat dalam dunia pesantren, juga mereka yang terjun di balai pendidikan dengan saling berbagi pengalaman yang  dimungkinkan kelak terwujudnya jalinan kerjasama  antar pondok pesantren dan lembaga pendidikan tersebut .

Hadir dalam Sarasehan Pendidikan tersebut lebih dari 60 alumni Marhalah Country 92 yang terdiri dari pimpinan pondok, para pengasuh di pesantren, dosen, guru yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.

Turut serta hadir dalam acara  Dr. Makmur Harun, Dosen sebuah Universitas di Malaysia dan Buya Mahfudz Mustia, Pimpinan pondok Thawalib Gunung, Padang Panjang, hingga Ky. Omi Qozimi, pengasuh sekaligus pimpinan pondok Darunna’im dari Rangkasbitung propinsi ujung barat pulau Jawa serta Ky. Yusfi Hadi dari Jember yang temasuk bilangan ujung Timur pulau Jawa.

Acara Pembukaan Sarasehan Pendidikan dilaksakanan di Masjid Jami Al-Hamid, Sabtu, 24 Mei 2025 setelah shalat ashar. Acara pembukaan diawali dengan sambutan pengasuh PM Darul Falah Al-Ustadz Komarudin, M.Pd. yang menyampaikan tahniah atas kedatangan keluarga besar Country 92.

Beliau merasa kagum atas persaudaraan alumni Gontor angkatan Country  92  yang masih terus terbina hingga hari ini, meski sudah lebih 30 tahun lebih telah berlalu masa kebersamaan mereka di Pondok Modern. Tak mudah menciptkaan hubungan silaturahmi dengan intesitas jalinan dan keakraban yang sedemkian rupa.

Sambutan berikutnya disampaikan oleh ketua Marhalah Country 92 Dedi Sagita Lubis dan perwakilan anggota Country Anang Zamroni. Dedi Sagita tampil menarik perhatian seluruh santriwati-santriwati dengan berbagai “tasyji'” atau motivasi kepada mereka agar tekun belajar dan harus pandai mencari peluang agar kelak menjadi orang-orang sukses.

Acara Sarasehan dibuka oleh Penasehat dan  Pembina Dewan Badan Wakaf PM. Darul Falah Agus Maulana Hamid. Sebelum berkenan membuka acara sarasehan pendidikan, Agus menyampaikan sekilas tentang sejarah berdirinya pondok modern Darul Falah Cimenteng, temasuk sejarah wakaf dan pendirian masjid pondok yang diresmikan oleh pimpinan pondok modern Gontor KH. Hasan Abdullah Sahal tahun 2021.

Adapun acara inti sarasehan pendidikan sendiri dimulai selepas isya, tepatnya usai makan malam. Sedianya acara inti sarasehan dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama membahas tentang upaya membangun kemandirian ekonomi pondok dan  sesi kedua tentang kiat menyiapkan lulusan pesantren untuk studi keluar negeri. Namun pembahasan dan uraian materi tentang kemandirian ekonomi pondok sangat menarik hingga tak terasa waktu sedemikian cepat berlalu. Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.15, padahal belum dibuka sesi tanya jawab.

Pada awal pembicaraan Ky. Omi Qozimi merasa enggan jika harus membahas kemandirian ekonomi pondok secara umum. Sebab ia bukan ahli ekonomi. Namun hanya sekedar ingin menyampaikan pengalamannya dalam mengatur dan mengupayakan kemandirian ekonomi pondok yang ia pimpin Darun Na’im  Rangkasbitung.

Semua yang hadir dalam sarasehan menyimak dengan seksama per detail yang disampaikan oleh Ky. Omi. Beliau ternyata sudah melangkah sedemikian jauh dalam menata ekonomi pondok sehingga pondok secara bertahap terus tertata dan akhirnya mencapai kemandiriannya.

Panca jiwa pondok benar-benar telah mampu mengilmahi Ky. Omi pada setiap langkah dalam mengatur pondok. Keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwah Islamiyah, kemandirian, kebebasan rupanya telah mamatri dalam lubuk.

Khusus kemandirian, bahwa pondok harus mampu berdiri diatas kaki sendiri dalam soal perekonomian. Hal itu tersebut diwujudkan untuk pertama kali melalui upaya kecil dan sederhana yang dilakukan dengan mendirikan sebuah badan usaha yang berfokus pada pemenuhan berbagai kebutuhan sehari-hari dan logistik santri terlebih dahulu.

Ky. Omi Qozimi meski status pondok yang masih belum diwakafkan (atas berbagai pertimbangan) namun ia mampu mengendalikan semuanya dengan sangat baik. Bahwa pihak keluarga tidak boleh mengambil keuntungan dari unit-unit usaha yang didirikan. Singkat kata terus bergulir dan akhirnya merambah ke unit-unit usaha lain secara periodik.

Menurut Ky. Omi ada dua kategori uang yang beredar di lingkungan pondok. Pertama adalah uang jinak dan kedua adalah uang liar. SPP dan uang makan santri adalah masuk ke golongan uang jinak. Sedang uang liar adalah uang saku santri untuk jajan, uang para wali murid yang berkunjung ke Darun Na’im.

Sebagai langkah awal dalam rangka merintis dan membangun perekonomian pondok adalah dengan berusaha manjadikan uang liar tersebut diatas menjadi jinak. Pondok harus punya cara bagaimana menjadikan uang yang beredar liar itu menjadi jinak dan masuk ke dalam kas pondok.

Maka unit-unit usaha terus didirikan dalam rangka menjinakkan uang liar diatas. Kualifikasi orang-orang yang manjalankan unit usaha, transparanasi, manajemen yang baik, controling serta monitoring yang akurat dan selalu dilakukan dengan rutin, menjadi penentu keberhasilan usaha-usaha pondok.

Tak heran jika kemudian keuntungan demi keuntungan bisa diraup pondok dalam waktu singkat. Hebatnya bahwa keluarga Kyai meski sebagai pemilik pondok tidak serta menjadi makmur karena usaha-usaha yang terus berkembang. Sebab keuntungan itu bukan milik mereka. Namun demi program pengembangan pondok selanjutnya, asrama, kelengkapan sarana prasarana, dan pemenuhan infra struktur dan supra struktur dan semua yang dibutuhkan santri seiring jumlah mereka yang terus semakin banyak dari waktu ke waktu.

Pada taraf berikutnya bahwa kejelian seorang pimpinan dalam menangkap setiap peluang yang ada sangat dibutuhkan. Misal bagaimana menangkap peluang usaha yang tidak berkaitan dengan kebutuhan santri semata, namun dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas, misal sembako. Darun Naim mengepakkan sayap usahanya ke berbagai bidang dengan semangat dan orientasi demi kemajuan pondok dengan nama-nama bidang usaha yang beragam. Kucida :Kami Cinta Darun Naim, Kasuda :Kami suka Darun Na’im , Kaseda : Kami Senang Darun Na’im hingga Kagoda :Kami Gotong Darun Na’im dan berbagai usaha yang telah dirintis sangat banyak demi meraih kemandirian ekonomi pesantren.

Ekspansi bidang usaha yang dilakukan oleh pondok Darun Na’im sangat menarik untuk dicermati lebih jauh karena keberhasilan yang mampu diraih hingga kini. Perputaran uang yang sedemikian pesat telah mampu mankadikan pondok ini mandiri dan terus membangun infrastruktur yang dibutuhkan. Geliat dan putaran ekonomi di pondok Darun Na’im asuhan Ky. Omi Qozimi layak dan bisa dijadikan prototipe serta percontohan buat pondok lain.

Acara sarasehan sesi pertama diakhiri dengan sesi tanya jawab oleh beberapa peserta yang diberi kesempatan. Siapapun bebas jika ingin mengajukan berbagai hal yang belum dipahami dari paparan yang panjang lebar.

Agus Maulana Hamid selaku moderator dalam acara tersebut mengatur sedemikian rupa jalannya acara tanya jawab hingga kawan-kawan mendapatkan hak mereka untuk bertanya dan mendapatkan jawaban dari yang belum dipahami.

Sabtu malam minggu tanggal 24 Mei tak hanya Tajammuk dan silaturahmi namun terjadi berbagai jalinan “silah himmah”, “silah ghirrah” dan “silah afkar” tentang kemandirian ekonomi pondok dengan suasana yang santai, namun dengan pembahasan serius dan dalam. Semua yang hadir mendapatkan wawasan dan perspektif baru dalam upaya membangun kemandirian perekonomian di lingkungan pondok pesantren.

Oleh: Tim Media Center PM Darul Falah

Official Team of Pondok Modern Darul Falah, Cimenteng, Media Center.